27 Desember 2022

Sesorah: Bentuk Pidato yang Mengandung Kebudayaan Jawa

Sel, 27 Desember 2022 Dibaca 1572x Artikel

Sesorah adalah nama lain untuk pidato dalam bahasa Jawa. Namun, seiring dengan popularitas pidato dalam bahasa Indonesia, sesorah mulai ditinggalkan. Hal ini mengakibatkan penggunaan bahasa Jawa semakin terbatas. Oleh karena itu, diperlukan upaya agar sesorah kembali menjadi populer di semua kalangan dan bahasa Jawa dapat digunakan secara luas lagi.

Sesorah merupakan bentuk pidato yang berasal dari budaya Jawa dan merupakan bagian dari kebudayaan yang harus dilestarikan. Namun, dengan semakin tingginya penggunaan bahasa Indonesia dalam pidato, penggunaan bahasa Jawa semakin terbatas. Hal ini tentunya merugikan bagi kebudayaan Jawa dan juga merugikan bagi masyarakat Jawa yang ingin mempertahankan identitas dan budayanya.

Untuk itu, diperlukan upaya agar sesorah kembali menjadi populer dan bahasa Jawa dapat digunakan secara luas lagi. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan cara meningkatkan penggunaan bahasa Jawa dalam berbagai kegiatan, seperti pidato, acara-acara keagamaan, dan acara-acara lainnya. Selain itu, diperlukan juga kesadaran dari masyarakat untuk terus menggunakan bahasa Jawa dan mempertahankan kebudayaannya.

Tujuan dari sesorah

  1. Sebagai bentuk penyampaian informasi atau pesan kepada masyarakat luas. Sesorah dapat digunakan untuk memberikan sambutan atau pidato dalam acara-acara tertentu, seperti peringatan hari jadi, acara keagamaan, dan lainnya.
  2. Sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada masyarakat luas. Dengan menggunakan sesorah, masyarakat dapat lebih memahami dan mengenal kebudayaan Jawa, seperti budaya, tradisi, dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
  3. Sebagai sarana untuk mempertahankan identitas dan kebudayaan Jawa. Dengan menggunakan sesorah, masyarakat Jawa dapat mempertahankan dan menghargai kebudayaan yang mereka miliki, sekaligus mengajak masyarakat lain untuk menghargai dan menghormati kebudayaan tersebut.
  4. Sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan bahasa Jawa. Dengan menggunakan sesorah, masyarakat dapat lebih terlatih dan terbiasa dalam menggunakan bahasa Jawa, sehingga kemampuan bahasa Jawa mereka akan semakin meningkat.

Contoh studi kasus penggunaan sesorah

  1. Pemerintah setempat di daerah Jawa mengadakan acara peringatan hari jadi kota dengan mengundang tokoh-tokoh masyarakat dan pejabat terkait untuk memberikan sambutan. Pemerintah mengajak tokoh masyarakat untuk memberikan sambutan dengan menggunakan sesorah, sebagai upaya untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa dan memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada masyarakat luas.
  2. Sekolah-sekolah di daerah Jawa mulai menerapkan penggunaan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar, termasuk dalam memberikan pidato atau sambutan. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan bahasa Jawa pada siswa dan juga sebagai salah satu cara untuk mempertahankan kebudayaan Jawa.
  3. Organisasi masyarakat Jawa mengadakan kegiatan bersih-bersih di sekitar tempat ibadah dengan menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa di masyarakat dan juga sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan kebudayaan Jawa kepada masyarakat luas.

Dengan demikian, sesorah tidak hanya merupakan bentuk pidato dalam bahasa Jawa, tetapi juga merupakan simbol dari kebudayaan Jawa yang harus dilestarikan dan dihargai oleh masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penggunaan bahasa Jawa dan sesorah akan sangat bermanfaat bagi kebudayaan Jawa dan juga bagi masyarakat Jawa yang ingin mempertahankan identitas dan budayanya.

Terima kasih sudah melihat artikel ini untuk informasi lainnya silahkan kunjungi terus https://smkn1telku.sch.id/

Kunjungi juga channel youtube kami di https://www.youtube.com/@smkn1telukkuantan-kuansing233

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar